Kepemimpinan bisnis Chairul Tanjung yang visioner niscaya mengantarkan sejumlah perusahaan di lingkungan Grup Para bakal masuk jajaran raksasa global dalam beberapa tahun ke depan.
Sejak era reformasi bergulir, sepak terjang bisnis Chairul Tanjung banyak diperbincangkan berbagai kalangan. Ambisinya masuk ke bisnis media dengan membangun stasiun televisi PT Televisi Transformasi Indonesia atau Trans TV dinilai sangat berani. Maklum, selain industri ini sangat padat karya dan padat modal, juga ranah bisnis baru bagi Chairul. Lebih dari Rp 500 miliar digelontorkan Chairul untuk membangun Trans TV.
Seiring masuk bisnis media, bisnis properti yang telah cukup lama digelutinya juga makin ekspansif. Lewat PT Para Bandung Propertindo, ia mengembangkan Bandung Supermall, pusat perbelanjaan papan atas di Bandung, dengan investasi Rp 99 miliar.
Aksi bisnis kelahiran Jakarta 16 Juni 1962 ini makin ekspansif. Pebisnis yang dikenal ulet dan trengginas ini pada 2006 membeli 49% saham TV7 dari tangan Jakoeb Oetama, pemilik gurita bisnis Kelompok Kompas Gramedia.
Ia juga merambah binis gaya hidup dengan mengakuisisi PT Mahagaya Perdana yang memegang sejumlah merek internasional, antara lain Mango, Escada, Etienne Aigner dan Prada. Belum cukup rupanya, ia juga mengakuisisi Baskin & Robbins dan membeli hak lisensi Coffee Bean. Lalu, menutup tahun 2009, ia meresmikan megaproyek Trans Studio Theme Park di Makassar. Pusat hiburan berkonsep theme park indoor yang terbesar di Asia dengan investasi Rp 1 triliun ini merupakan kombinasi model Universal Studio dan Disneyland yang dikembangkan Chairul bergandengan dengan kelompok usaha milik mantan Wapres Jusuf Kalla.
Dengan berbagai aksi bisnisnya tersebut, Chairul yang oleh kalangan dekatnya akrab disapa CT ini sering dijuluki the rising star dalam peta baru pengusaha besar nasional. Lompatan bisnisnya yang spektakuler menjadikan pilar bisnisnya berkembang dan menggurita ke berbagai sektor. Dari leveransir sepatu, bisnis awal yang ditekuninya pada paruh 1980-an, kini ia menggenggam kerajaan bisnis yang meliputi keuangan, media, ritel, fashion, properti hingga energi.
Total aset Grup Para pada 2008 diperkirakan mencapai Rp 34,55 triliun. Harta kekayaan pribadi lulusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang tidak sekalipun pernah buka praktik ini ditaksir mencapai lebih dari Rp 2,8 triliun, sehingga Majalah Forbes menempatkan CT di peringkat 18 orang terkaya di negeri ini. “Konglomerat yang sedang rising star, ya Grup Para,” kata Thomas Wibisono dari Pusat Data Business Indonesia.
Kalau ditelisik, Grup Para memiliki tiga lini bisnis. Pertama, financial services di bawah payung Mega Corpora. Kedua, sektor media, gaya hidup dan hiburan yang dikendalikan Trans Corpora. Ketiga, sektor sumber daya alam, infrastruktur dan properti di bawah CT Global Resources. Di bidang keuangan, Bank Mega yang ditargetkan pada 2012 memiliki 500 cabang, juga ditargetkan CT 10 tahun ke depan akan masuk Fortune Global 500.
“Semua perusahaan kami sudah memiliki future plan. 10 tahun, 20 tahun, sudah kami buat plan-nya. Yang jelas di bidang sales services kami akan menjadi salah satu the big player in this country. Kami satu-satunya kelompok usaha yang punya financial services lengkap, kami punya bank konvensional, bank syariah, asuransi jiwa, asuransi umum, perusahaan sekuritas dan tiga perusahaan pembiayaan,” papar CT.
Ya , selain mengendalikan Bank Mega, CT juga memiliki Bank Mega Syariah. Juga masuk ke bisnis pembiayaan lewat PT Para Multifinance, PT Mega Central Finnace, dan PT Mega Oto Finance. Di bisnis asuransi, ia mengibarkan PT Mega Insurance.
Dalam pandangan Theodore S. Pribadi, Direktur Andrew Tani & Co., dalam lima tahun terakhir, Grup Para memfokuskan energi dan sumber dayanya untuk semakin memantapkan dua pilar bisnisnya, yaitu media dan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tonggak pengembangan (milestone) seperti penghargaan yang diraih oleh Bank Mega sebagai Best Public Company di sektor perbankan, dan Bank Service Excellence.
Di samping itu, Trans Corpora juga berhasil memantapkan eksistensinya dilihat dari penghargaan yang diraih, Asian Television Award dengan kategori Best Reality Program; pengembangan quality management system yang berhasil memperoleh ISO 9001:2000; pengembangan in-house production hingga 80%; dan akuisisi TV7 yang kini menjadi Trans 7. “Dalam industri pertelevisian Trans Corpora pun mendapatkan pengakuan sebagai perusahaan media yang inovatif dan menguntungkan,” ungkap Theodore.
Menurutnya, sebagai bagian dari komitmen terus mengembangkan usahanya di industri media, Trans Corpora juga tertarik membeli Grup Jawa Pos dan masuk ke media online. Kabarnya, CT tengah mengincar detik.com. Sementara itu, lewat CT Global Resources, CT terus berkomitmen dalam mengembangkan sumber daya energi (pertambangan, hydropower, geothermal, biofuel); perkebunan (kelapa sawit, karet, gula); dan infrastruktur.
Dalam pandangannya, kepemimpinan dan perspektif visioner CT masih berperan penting dalam pengembangan ketiga pilar bisnisnya. “Ambisi Chairul Tanjung adalah terus mengembangkan ketiga pilarnya tersebut dengan menjadikan Bank Mega sebagai bank terbesar di Indonesia Timur dengan membangun 200 kantor baru di wilayah itu dalam waktu tiga tahun mendatang, menjadikan Trans Corpora sebagai industri media terbesar di Indonesia, dan terus mengembangkan sektor energi,” papar Theodore.
Reportase: Tutut Handayani, Siti Ruslina, dan Kristiana Anissa
Riset: Ratu Nurul Hanifah
Source
0 komentar:
Posting Komentar